"Sebelum Engkau Menikah", Pesan Abi Kepada Santrinya
Bismillahirrohmanirrohim
Apa kabar
alumni Al-Ishlah ? Semoga Allah
selalu menjaga kita dengan kasih sayanNya. Semoga kita masih tetap istiqomah
menjalankann amanat Allah. Semoga Ilmu yang sudah kita dapatkan di pondok kita
tercinta dapat berguna untuk kehidupan selanjutnya. Dan semoga Allah jadikan
kita para santri sebagai bukti keindahan agama-Nya dengan akhlak yang mulia.
Kita pasti
rindu dengan suasana pondok, itu
hal yang sangat wajar bagi seorang alumni. Kita sudah terbiasa bangun pagi
untuk menunaikan sholat tahajud, ya meskipun kadang harus disiram dengan air
karena bel dan kentongan tidak mempan di telinga kita, Hehehe. Ah, terlalu
banyak cerita di pondok tercinta ini*_*
Kapan
berkunjung ke pondok ? Karena
kerinduang yang besar mendorong kita untuk kembali ke Al-Ishlah walaupun hanya
sebentar, rasanya ada yang tertinggal di sana. Tanggal 23 Oktober kemarin di
Al-Ishlah ada acara JAKA SOPAN (Jalan Kaki Bondowoso Dadapan), bisa dibayangkan
jarak dua daerah tersebut. Biasanya kita kabur ke Bondowoso pakek angkutan
umum, ya sekitar 7km sampai 8km jaraknya. Kami datang bukan hanya untuk
memeriahkan suatu acara, tapi juga mengobati kerinduan. Senang sekali melihat
semangat Abi ikut berjalan kaki, rasanya bahagia melihat Abi kita dalam keadaan
sehat, walaupun beberapa bulan yang lalu beliau jatuh sakit.
Singkat cerita
kami menghadap Abi di kediaman gus Taba (meskipun cerita sebenarnya sangat
panjang karena beberapa hari sebelumnya selalu miskomunikasi. Tapi memang perlu
moment yang dramatis untuk selalu dikenang *_*). Seperti biasa, hal yang paling
utama ditanyakan adalah "Kapan Nikah". Sebenernya ini pertanyaan yang
sedikit sensitif untuk wanita yang lahir tahun 90-an, tapi disenyumin saja yaa.
Karena hanya senyuman jawaban yang paling mudah saat kita tidak tahu jawaban
kepastiannya. Hoho. Berbeda dengan
moment sebelumnya, kali ini Abi terlihat serius untuk membahas masalah
pernikahan dengan kuis yang diberikan kepada kami. Kuis ini berupa
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaannya berkaitan tentang
persipan pernikahan. Tapi tidak perlu dibahas di sini yaa, kita focus pada
pesan Abi yang ingin disampaikan sebelum kita menikah.
Berawal dari
pertanyaan dalam kuis "Apakah calom Suami Sefikroh ?". Kemudian
Abi menjelaskan pentingnya kesamaan visi dan misi hidup pada suatu hubungan.
Maksudnya bukan sama-sama kaya, sama-sama cantik, atau sama-sama pintar. Tapi,
makna sefikroh ini ada pada semboyan yang sering kita dengar di pesantren yaitu
KADES (Kualitas DIRI, EKONOMI, SOSIAL). Agar tidak terjadi kesalah
pahaman tentang hal yang sangat penting ini, kemudian Abi menjelaskan satu
persatu point tersebut :
ü Kualitas DIRI
Pada
poin ini, ada beberapa hal yang perlu dilihat dari calon suami sebelum kita
memutuskan untuk menjadikannya imam, yaitu BRIGHT:
Believe
in GOD, pastikan si dia agamanya Islam ya,
kita sudah tahu bagaimana hukumnya menikah denga non muslim
Righteous,
berbudi pekerti atau memiliki akhlak yang mulia. Ini bisa
ditanyakan kepada, teman terdekatnya, gurunya, atau keluarganya langsung
Intellectual,
ilmu merupakan bekal untuk hidup bahagia di Dunia dan di akhirat.
Gak harus sama-sama lulus S1 atau S2, yang penting ilmu keagamaannya cukup,
biar tidak menyesatkan.
Good
Performance, penampilan yang
baik bukan hanya laki-laki ganteng, tapi dapat dilihat dari caranya
berpenampilan, bersih, rapi yang good looking deh **
Healthy,
kita menikah untuk menjalani hidup yang lebih baik. Kesehatan
sangat penting menjadi pertimbangan kita agar partner berumah tangga dapat
saling memberikan support.
Trusty,
dapat dipercaya dalam segala hal dan memiliki komitmen yang tinggi.
Jadi jangan sampek calon suami berbohong tentang dirinya atau yang lainnya.
Karena kepercayaan adalah hal terpenting dalam meraawat rumah tangga.
ü Kualitas EKONOMI
Kita
percaya bahwa Allah akan mencukupkan rezeki setelah menikah. Tapi bukan berarti
kita pasrah dan pasif begitu saja. Butuh kreatifitas dan semangat tinggi untuk
mendapatkannya, apalagi cari-cari bonus rezeki yang halal. Bukan banyyaknya
uang ukurannya, tapi keberkahan dari rezeki tersebut.
ü Kualitas SOSIAL
Kita
hidup tidak sendirian, itu biasa disebut dengan makhlus sosial. Kualitas sosial
bisa dilihat pada caranya bersosialisasi dengan orang lain. Banyak pemuda yang
aktif di organisasi sosial dan keagamaan. Yang perlu diperhatikan adalah usaha
untuk merukunkan, bukan fanatisme yang membuat kita sombong dan keras kepala.
Sering kita dengar suatu hadist Rasulullah "Bukanlah bagian dari kami
(umat Rasulullah) siapa yang menyeru pada kefanatikan".
Setelah
menjelaskan poin-poin penting tersebut, seperti biasa Abi selalu memberikan perumpamaan
untuk pembahasan pentingnya suami sefikroh ini. Waktu itu kami berbincang di
ruang tamu kediaman beliau, ada beberapaka makanan & minuman yang tersaji
buatan Ummi Nis. Kemudian abi mengambil sepotong pisang goreng dan
berkata "Kalian para santri putri seperti pisang goreng, dulu Bapak &
Ibu kamu menitipkan kalian ke Abi dalam bentuk pisang yang baru diambil dari
pohonnya, Di pondok kalian diolah dengan baik, diberi bumbu dan tambahan rasa.
Hingga akhirnya kalian keluar dari pesantren ini menjadi PISANG GORENG. Pada
akhirnya kalian butuh cover/pembungkus untuk melindungi kalian nantinya.
Cover/pembungkus adalah suami yang akan menjaga dan melindungi kalian untuk
tetap menjadi pisang goreng yang enak dan sehat. Apa jadinya jika pembungkus
itu ternyata kotor atau bahkan mengandung racun yang mematikan, pastinya pisang
goreng akan terkontaminasi dan menjadi racun untuk yang lainnya. Begitupula
kalian para santri putri, Abi sudah susah payah berjuang untuk menjadikan
kalian perempuan yang baik. Maka Abi akan sangat sedih ketika kalian
mendapatkan pembungkus (suami) yang tidak sefikroh dengan kalian. Abi tidak
akan memaksa kalian untuk menikah dengan pilihan Abi, lah wong sudah terlanjur
cinta. Mau bagaimana lagi ^_^. Tapi,
sebelum menikah dilihat dulu KADESnya, kalo beracun dibersihkan dulu. Kalo
tidak bisa dibersikan sendiri, bawa ke Abi biar orang tua keduamu ini yang
membersihkan" Abi kita KH. Mohammad Ma'shun memparkan dengan sangat ringan
tapi berkualitas isinya. Kurang lebih seperti itu pesan yang ingin Abi
sampaikan kepada santri putrinya, jika teman-teman merasa kurang paham bisa
langsung menghadap beliau yaaa.. *_*
BONUS, sekali ke Al-Ishlah sangat tidak mungkin untuk bertemu yang lain. Ini
adalah bonus wejangan yang didapat dari petua-petua pondok yaa..
Ummi Mun, setelah
bertanya kapan menikah. Ummi berpesan "Telat sekolah itu baik-baik
saja, yang kurang baik adalah telat menikah". Upps,, ini perlu diingat
ingat yaaa, bahwa setelah menikah kita masih bisa melanjutkan pendidikan. Lebih
enak malahan, sudah ada yang menemani.
Ummi Nis,
setelah bercerita bahwa saya belum jago masak. Ummi berpesan " Masak
itu bawaan seorang perempuan, kalau masuk dapur setiap hari, nanti pasti bisa
jago masak, yang penting ada kemauan dan gak malas. Itu saja kok". Bener
banget yaaa, percuma banyaknya resep yang dibaca, atau buku buku resep makanan
yang dibeli kalau tidak eksekusi langsung ke dapur karena malas.
Ustadzah Afifah,
waktu berbincang dengan beliau cukup lama sampai cekikian nahan tawa. Tapi
pesan yang paling diingat adalah "Jadi isteri itu harus tahu posisinya,
Suami harus tetap mengutamakan Ibunya. Tugas kita adalah mendukungnya untuk
berbakti kepada orang tuanya". Nanti gak ada cerita cemburu karena
suami lebih saying sama Ibu dan Bapaknya yaaa, karena kita sudah tahu posisi
kita dimana.
Cukup sampai di
sini dulu pencerahannya yaa, semoga dapat bermanfaat untuk kita para alumni
Al-Ishlah. Semoga tulisan ini menjadi pertimbangan kita untuk menentukan calon
suami sehidup sesurga. Semoga kita dapat membangun peradaban dari Rumah Tangga.
Holilatul
Maghfiroh, Alumni 2010
Komentar
Posting Komentar